MENGURAI SERATUS PURNAMA
Apakah arti sebuah jiwa ?
Ku dengar dari balik sunyi sesayup suara
" Di seluruh semesta, di pinggiran kuala, di tepian samudra "
Kemudian, adalah butir – butir pasir di laut
Tak pantas kecuali seluruh senyum dan tangisnya hanya Tuhannya
Dimanakah kini ?
Tertegun di persimpangan lorong berbatu
Mengais – ngais basah, mengulum resah
Lihatlah sekelilingmu
Jalanan kembali senyap
Hanya gemuruh hujan
Acap kali mengores jantung purnama
Meski lahang kecut harus ditelannya
Karena, telah terhidang di meja makannya
Mengapakah kini ?
Dengan bekal kesal
Ia belajar di lautan tak bertepi
Tataplah angkasa, langit masih biru
Walaupun dadamu membianglala
Merah – kuning – hijau – lalu hitam
Tak sepatah katapun ia lontarkan padamu
Lalu untuk apa ?
Mengurai seratus purnama
Dalam lembaran sujudku
Sejak deru gelombang yang gemuruh
Mengenalkan aku di celah kepedihan
Namun, kubiarkan semua mengkristal dalam gumpalan air mata
0 Komentar untuk "PUISI “MENGURAI SERATUS PURNAMA”"
DOWNLOAD APLIKASI ANDROID ARINGENDUT »